Sabtu, 03 Januari 2015




Nama              : Ervin Laelasari
NIM                : 201452131
Seksi               : 11





Ringkasan Materi
1.     Matematika
Matematika sebagai Bahasa
Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin kita sampaikan. Lambang-lambang matematika bersifat “artifisal” yang baru mempunyai arti setelah sebuah makna diberikan padanya. Keluh Alfred North Whitehead ialah bahwa X itu sama sekali tidak berarti.
Sifat Kuantitatif dari Matematika
            Matematika mempunyai kelebihan lain dibandingkan dengan bahasa verbal. Matematika mengembangkan bahasa numerik yang memungkinkan kita untuk melakukan pengukuran secara kuantitatif. Dengan bahasa verbal bila kita membandingkan dua obyek yang berlainan umpamanya gajah dansemut maka kita hanya bisa mengatakan gajah lebih besar daripada semut. Kalau kita ingin menelusur lebih lanjut berapa besar gajah dibandingkan dengan semut maka kita mengalami kesukaran dalam mengemukakan hubungan itu.
Matematika: Sarana Berpikir Deduktif
            Kita semua kiranya telah mengenal bahwa jumlah sudut dalam sebuah segitiga adalah 180 derajat. Pengetahuan ini mungkin saja kita dapat dengan jalan mengukur sudut-sudut dalam sebuah segitiga dan kemudian menjumlahkanya. Di pihak lain, pengetahuan ini bisa didapatkan secara deduktif dengan mempergunakan matematika.
Perkembangan Matematiaka
Ditinjau dari perkembangannya maka ilmu dapat dibagi dalam tiga tahap yakni tahap sistematika, Komparatif dan Kuantitatif. Pada tahap sistematika maka ilmu mulai menggolong-golongkan obyek empiris ke dalam kategori-kategori tertentu. Penggolongan ini memungkinkan kita untuk menemukan ciri-ciri yang bersifat umum dari anggota-anggota yang menjadi kelompok tertentu.
Di samping sebagai bahasa maka matematika juga berfungsi sebagai alat berfikir. Ilmu merupakan pengetahuan yang mendasarkan kepada analisi dalam menarik kesimpulan menurut suatu pola berpikir tertentu. Matematika, menurut Wittgenstein, tak lain adalah metode berpikir logis Berdasarkan perkembanganya maka  masalah yang dihadapi logika makin lama makin rumit dan membutuhkan struktur analisis yang lebih sempurna.
Memang, menurut akal sehat sehari-hari, kebenaran matematika tidak ditentukan oleh pembuktian secara empiris, melainkan kepada proses penalaran dedukatif. Bagi dunia keilmuan matematika berperan sebagai bahasa simbolik yang memungkinkan terwujudnya komunikasi yang cermat dan tepat. Matematika dalam hubungannya dengan komunikasi ilmiah mempunyai peranan ganda, kata Fehr, yakni sebagai ratu dan sekaligus pelayanan ilmu. Disatu pihak, sebagai ratu matematika merupakan bentuk tertinggi dari logika, sedangkan di pihak lain pihak, sebagai pelayan matematika memberikan bukan saja system pengorgsnisasian ilmu yang bersifat logis namun juga pertanyaan-pertanyaan dalam bentuk model matematika.
            Sebagaimana sarana ilmiah maka matematika itu sendiri tidak mengandung kebenaran tentang sesuatu yang bersifat factual mengenal dunia empiris, Matematika merupakan alat yang memungkinkan ditemukannya serta dikomunikasikanya kebenaran ilmiah lewat berbagai disiplin keilmuan, Kriteria kebenaran dari matematika adalah konsistensi dari berbagai postulat, definisi dan berbagai aturan permainan lainya, untuk itu maka matematika sendiri tidak bersifat tunggal, seperti juga logika,melaikan bersifat jamak. Dengan mengubah salah satu postulanya umpamanya maka dapat di kembangkan system matematika yang baru sekali bila di bandingkan  dengan system sebelunya.
 
Beberapa Aliran Dalam Filsafat Matematika
Dalam bagian terdahulu telah disebutkan dua pendapat tentang matematika yakni dari Immanuel kant (1724 – 1804) yang berpendapat bahwa matematika merupakan pengetahuan yang bersifat sintetik apriori dimana eksistensi matematika tergantung dari pancaindra serta pendapat dari aliran yang disebut logistik yang berpendapat bahwa matematika merupakan cara berpikir logis yang salah satu atau benarnya dapat di tentukan tanpa mempelajari dunia empiris.
Tesisi utama kaum logistik adalah bahwa matematika murni merupakan cabang dari logika. Tesis ini mula – mula dikembangkan oleh Gottlob Frage (1848 – 1925) yang menyatakan bahwa hokum bilangan (the law of number) dapat direduksikan ke dalam proposisi-proposisi logika.Russel dan Whitehead, dalam bukunya Principia Mathematika, melangkah lebih jauh dari Frege dan mencoba untuk membuktikan bahwa matematika seluruhnya dapat direduksikan ke dalam proposisi logika. Russel dan Whitehead berhasil menyelesaikan pembuktian ini, meskipun diluar system bilangan mereka dituduh mengembangkan berbagai asumsi yang kurang dapat di terima.
Kaum formalis menolak anggapan kaum logistik ini yang menyatakan bahwa konsep matematika dapat direduksikan menjadi konsep logika. Mereka berpendapat bahwa banyak masalah-masalah dalam bidang logika yang sama sekali tidak ada hubunganya dengan matematika. Bagi mereka matematika merupakan pengetahuan tentang struktur formal dari lambing kaum formalis menekankan kepada aspek formal dari matematikasebagai bahasa perlambang (sign-language) dan mengusahakan konsistensi dalam penggunaan matematika.
Kiranya dari pembahasan di atas nampak jelas bahwa tidak satu pun dari ketiga aliran dalam filsafat matematika ini sepenuhnya berhasil dalam usahanya. Wlaupun demikian perbedaan pandangan ini tidak melemahkan perkembangan matematika malah justru sebaliknya di mana satu aliran memberi inspirasi kepada aliran-aliran lainya dalam titik-titik pertemuan yang di sebut Black sebagai kompromi yang bersifat aklektik (ecletric compromise). Kaum logistik mempergunakan system simbol yang di perkembangkan oleh kaum formalis dalam kegiatan analisnya.

Matematika dan Perbedaan
Matematika dapat di katakana hampir sama tuanya dengan peradaban manusia itu sendiri. Sekitar 3500 tahun S.M. bangsa mesir kuno telah mempunyai symbol yang melambangkan angka-angka. Para pendeta mereka merupakan ahli matematika yang pertama, yang melakukan pengukuran pasang surutnya sungai Nil dan meramalkan timbulnya banjir, seperti apa yang sekarang kita lakukan di abad ke dua puluh di kota metropolitan Jakarta. Bedanya adalah bahwa pengetahuan tentang mate matika pada waktu itu di anggap keramat.
Matematika merupakan bahasa artifisial yang dikembangkan untuk menjawab kekurangan bahasa verbal yang bersifat alamiah. Untuk itu maka di perlukan usaha tertentu untuk menguasai matematika dalam bentuk kegiatan belajar. Jurang antara meraka yang belajar dan mereka yang tidak (atau enggan) belajar ternyata makin lama makin lebar.
Matematika tidak dapat dilepaskan dari perkembangan peradaban manusia. Penduduk kota yang pertama adalah “mahluk yang berbicara” (talking animal) kata Lancelot Hogben, dan penduduk kota kurun teknologi ini adalah “mahluk yang berhitung” (calculating animal) yang hidup dalam jaringan angka-angka: takaran resep makanan, jadwal kereta api, angka penganguran, tilang, pajak, pampasan perang, uang lembur, taruhan, skor biljar, kalori, Bagi ilmu itu sendiri matematika menyebabkan perkembangan yang sangat cepat.
Matematika tanpa kita sadari memang bisa menjadi tujuan dan bukan alat itu sendiri, seprti pengamatan anak kecil itu yang menggerutu, “dikiranya hanya angka-angka saja mereka bisa mengetahui sesuatu?” gejala ini kemungkinan besar disebabkan karena kita kurang mengetahui tentang hakikat yang sebenarnya dari matematika.